Potret seorang mahasiswi melihat beberapa karya dari Munir. (Foto: Instagram @museum_ham_munir). Batu | Jika berkunjung ke kota Batu, pastinya hal pertama yang ada di pikiran Anda yakni wisata petik apel, Jatim Park, atau Museum Angkut. Namun, apakah Anda pernah mendengar tentang Museum HAM Munir? Tak ada salahnya Anda mengunjungi museum yang didirikan pada tahun 2013 ini. Museum HAM Munir awalnya didirikan dengan nama Museum HAM Omah Munir oleh Yayasan Hak Asasi Manusia Omah Munir di kota Batu, Jawa Timur, tempat lahir dan besarnya Munir. Museum Hak Asasi Manusia Munir terinspirasi oleh kehidupan dan karya Munir Said Thalib, seorang pembela hak asasi manusia Indonesia yang mendedikasikan hidupnya untuk membela hak-hak korban dan penyintas hak asasi manusia dan untuk mengakhiri impunitas para pelanggar hak asasi manusia di Indonesia. Mengulik beberapa aktivitasnya di masa lampau, Munir pernah melakukan kegiatan advokasi untuk beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia, di antaranya pembunuhan Marsinah, seorang pemimpin buruh dari Jawa Timur (1992); penculikan paksa dan penghilangan aktivis pro-demokrasi (1997-1998); Pembantaian Tanjung Priok (1994-1998); dan pembunuhan aktivis pro-demokrasi selama transisi politik 1998 (1998-1999). Munir juga melakukan advokasi kasus pelanggaran HAM di Aceh, Papua, dan Timor Leste. Pada tahun 2004, Munir dibunuh dengan racun arsenik dan meninggal dalam penerbangan Garuda dari Jakarta ke Amsterdam di mana ia berencana untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Tim Pencari Fakta Independen pada tahun 2004 untuk menyelidiki pembunuhan Munir. Tim tersebut menyelesaikan penyelidikan dan menyerahkan laporannya kepada Presiden pada tahun 2005. Namun, hingga saat ini, aktor di balik pembunuhan Munir masih diselimuti misteri. Situasi para pengunjung melihat beberapa kasus yang ditangani oleh Munir. (Foto: Instagram @museum_ham_munir). Pendirian Museum ini bertujuan untuk memajukan pendidikan HAM bagi masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda untuk membina warga negara yang cinta damai dan menghormati HAM, serta menjunjung tinggi prinsip toleransi dan kesetaraan. Museum HAM Munir akan melaksanakan program pendidikan hak asasi manusia melalui pameran di museum, publikasi modul pengajaran dan buku, pelatihan, diskusi, dan kegiatan seni. Saat ini, Museum HAM Munir berupaya menjadi pusat pendidikan HAM di Asia Tenggara. Reporter: Alda Imroatul Istifaiyah Editor: Sofa Wahyu Ardhina
0 komentar:
Posting Komentar