Reputasi suram hutan Aokigahara sebagai salah satu tujuan bunuh diri di Jepang (Foto dari The New York Times)
HUTAN AOKIGAHARA, Jepang | Hutan yang tampak besar di daerah Fujikawaguchiko kerap kali disebut sebagai hutan bunuh diri karena banyak kasus orang yang menghilangkan nyawanya sendiri disana. Merupakan simbol dari masalah bunuh diri yang terus-menerus di Jepang, yang memiliki salah satu tingkat bunuh diri tertinggi di negara maju meskipun ada perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Terbukti terdapat banyaknya hotline bunuh diri di kaki jalan setapak. “Hidup adalah hal berharga yang diberikan orang tuamu kepadamu,” tandanya berbunyi. Lain menawarkan nomor untuk bantuan. Penduduk setempat berpatroli di hutan, berbicara dengan orang yang terlihat menyendiri atau menunjukkan tanda-tanda depresi atau rencana bunuh diri.
Meskipun para pemerintah yakin langkah-langkah seperti itu telah membantu mengurangi jumlah bunuh diri yang dilakukan di hutan menjadi sekitar 30 per tahun, turun dari 100 pada satu dekade lalu, mereka khawatir bahwa publisitas baru dapat menarik lebih banyak orang yang putus asa.
Tanda peringatan untuk tidak bunuh diri ini muncul karena jumlah kasus pembunuhan di hutan Aokigahara semakin tinggi (Foto dari instagram.com/thecreepshowchronicles)
Dengan kanopi pohon cemara dan pinus yang menjulang di atas bebatuan lava yang berlumut dari Gunung Fuji, hutan ini memiliki keindahan yang sangat memukau. Jalan setapak yang ditandai dengan baik melintasi hutan seluas 7.400 hektar, tetapi mereka yang keluar dari jalan setapak dapat dengan mudah bersembunyi jauh di dalam yang dikenal dalam bahasa Jepang sebagai Lautan Pohon.
“Saya pikir orang yang bunuh diri pasti mengalami penderitaan yang luar biasa,” kata Susumu Maejima, wakil kepala Departemen Kepolisian Fujiyoshida, yang petugasnya dipanggil ketika mayat ditemukan di hutan. “Itulah sebabnya kami melakukan upaya untuk mencegah bunuh diri.” (Sumber The New York Times)
Tekanan pekerjaan dan sekolah telah lama disalahkan atas depresi suram yang dapat menyebabkan bunuh diri, serta isolasi sosial dan kurangnya layanan kesehatan mental. Hampir 60 persen dari semua kasus bunuh diri di Jepang terjadi di rumah. Pemerintah tidak memberikan statistik rinci tentang tempat-tempat individu dimana mereka terjadi, tetapi Hutan Aokigahara, memiliki tingkat bunuh diri tertinggi kelima di Jepang.
Secara historis, Aokigahara dikenal sebagai tempat dimana para biksu akan mati kelaparan. Menurut cerita rakyat Jepang, hantu dari mereka yang melakukan bunuh diri berkeliaran di hutan, dan mereka yang masuk berisiko tidak pernah keluar.
Hutan itu diabadikan pada tahun 1960 dalam novel "Tower of Waves" sebagai latar romantis untuk bunuh diri oleh sepasang kekasih muda. Novel ini ditulis oleh salah satu penulis terkenal Jepang, Seicho Matsumoto. Saat ini, polisi belum lagi mengumumkan jumlah kasus bunuh diri yang terjadi di hutan Aokigahara. Hal ini menunjukkan bukti betapa parahnya angka bunuh diri yang terjadi di sana.
Reporter: Nadya Tasya Kamila
Editor: Riema Yuli Nur Salsabila
0 komentar:
Posting Komentar