Selasa, 11 Oktober 2022

Kesuksesan yang Berasal dari Tongkrongan


 

Tampak depan dari outlet warkop brewok (Foto: Intan Mei Purwanti)


Malang | Apakah Anda pernah mendengar jika ada sebuah kebiasaan yang buruk dapat mengubah hidup seseorang? Ya, terkadang kita jarang percaya akan hal itu atau bahkan sampai dipandang sebelah mata orang lain. Tetapi apakah anda percaya jika orang tersebut sekarang memiliki usaha bisnis yang sudah berkembang hingga menjadi CV? Ini adalah kisah dari Rigel Dwi Setiawan, pemuda berusia 27 tahun. 


Rigel Dwi, pemuda asal Surabaya kelahiran 29 April 1995 itu telah memiliki usaha di bidang F&B yang sudah berkembang. Rigel memulai usahanya dari nol, hingga kini telah berkembang menjadi CV, tentu saja itu semua tidaklah mudah. Pemuda asal Surabaya ini merintis usahanya dari September 2016 bersama teman-temannya. Dia tidak mengira jika usahanya akan berkembang seperti saat ini, apalagi awalnya tidak memiliki basic di bidang tersebut. 


Rigel Dwi yang sedang melayani pembeli (Foto: Intan Mei Purwanti)

Rigel dulunya kuliah di Universitas Brawijaya dan mengambil jurusan Agribisnis. Dari banyaknya pertimbangan dan dukungan dari orang tua serta teman-temannya, pada 2017/2018 akhirnya Rigel berhenti kuliah dan lebih memilih melanjutkan untuk mengembangkan bisnis yang dijalaninya. Hal tersebut diawali dengan hobi yang sama, yaitu suka nongkrong dan ngopi yang berakibat kuliah tidak kunjung lulus, nilai buruk, serta tidak bisa menjadi orang yang lebih baik untuk keluarga. Dari situ mereka mempunyai pemikiran kenapa tidak membuat usaha sendiri, dari tempat nongkrong menjadi tempat yang bisa menghasilkan uang. Akhirnya dipertemukan dengan satu pemikiran yaitu untuk bisa "berkembang". 


Usaha yang sedang digeluti adalah bisnis Food and Beverage (F&B). F&B merupakan bisnis yang banyak peminatnya, apalagi dikalangan anak muda. Usaha mereka yaitu "Warkop Brewok". Outlet pertamanya berada di Jalan Terusan Candi Mendut nomor 37, Mojolangu, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Kemudian seiring berjalannya waktu, bisnisnya terus berkembang dan sekarang sudah ada yang di luar kota seperti Jember, Madiun, Tulungagung, dan Kediri. Rencana selanjutnya yaitu akan membuka outlet baru lagi yang berada di beberapa tempat kopi di Kediri, Surabaya, dan Sidoarjo. Selain itu, ada beberapa lini usaha pendukung F&B dari kafe Brewok seperti Brewok packaging, Brewok supply untuk mengkoordinasi bahan baku bagi seluruh lini usaha dari kafe Brewok. 


Salah satu varian kue pancong spesial dengan topping green tea (Foto: Intan Mei Purwanti)

Sesuai dengan namanya, Warkop Brewok menyajikan berbagai macam jenis makanan dan minuman yang beragam mulai dari kopi, susu, kapiten hingga menu yang paling andalan yaitu kue pancong. “Salah satu misi kami adalah ingin menghancurkan statement bahwa warkop hanya untuk laki-laki,” kata Rigel. Nah, misi tersebut diwujudkan dengan adanya sajian kue Pancong tersebut. Alasan kue pancong menjadi kudapan yang tepat bagi outlet tersebut adalah karena kue pancong itu makanan manis dan disukai banyak wanita. Pada saat itu harapannya dapat mendatangkan teman-teman wanita agar datang ke tempat usahanya tersebut, harga menu yang disediakan juga dapat dikatakan ramah di kantong.


Selain itu, mereka juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain agar pembeli merasa nyaman saat berada di tempat tersebut, seperti meeting room untuk tempat meeting/berdiskusi, dan yang kecil tapi penting adalah menyediakan no smoking area. Jadi yang tidak merokok dan tidak suka asap rokok dapat masuk ke area situ agar tidak terganggu. 


Potret Intan Mei (kiri) bersama Rigel Dwi (kanan), salah seorang perintis Warkop Brewok (Foto: Intan Mei Purwanti)


Yang namanya usaha pasti banyak hambatannya. Perbedaan visi merupakan hambatan di awal pembuatan bisnis ini karena terdiri dari beberapa kepala yang memiliki visi masing-masing, tetapi hal itu bisa ditangani dengan memberikan jobdesc untuk masing-masing orang yang terlibat di dalam usaha tersebut. Ada yang menjadi sebagai Ketua, HRD, Research and Development (RnD), pengatur keuangan, dan sebagainya. Tujuan pembagian jobdesc bagi setiap orang tersebut agar tidak ada yang merasa sebagai pemilik karena sudah memiliki tanggung jawab masing-masing.


Untuk masalah lainnya seperti finansial, keuangan, dan operasional dapat diatasi dengan membuat SOP, membuat aturan bagaimana operasional ini berjalan sebagaimana mestinya. Menariknya lagi, Rigel berkata, “Menurut kami, usaha yang sehat adalah tidak hanya usaha yang stabil tetapi juga usaha yang tidak memiliki hutang.” Jadi mereka mendirikan usaha tersebut tidak memakai uang pinjaman, melainkan memakai uang seadanya yang mereka miliki kemudian dikumpulkan menjadi satu. 


Nah, dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua kebiasaan buruk akan berakhir buruk juga, itu semua tergantung pola pikir dan kemauan untuk maju orang di sekitar kita. Jadi bagi kalian khususnya anak muda, kuliah sambil merintis usaha dari kebiasaan yang dilakukan itu bukan suatu hal yang mustahil dilakukan. Kuncinya tidak perlu ragu bergerak untuk merealisasikan ide yang kalian miliki.



Reporter: Intan Mei Purwanti

Editor: Alda Imroatul Istifaiyah


0 komentar:

Posting Komentar